Ulasan:
Membajak merupakan pekerjaan utama dari
rangkaian pengolahan lahan pertanian sebelum ditanami. Orang yang melakukan
pekerjaan membajak disebut ureung me’ue. Tenaga yang digunakan untuk
menarik berbeda antara lahan yang mengandung banyak air dan lahan yang kering.
Para petani menggunakan kerbau untuk lahan pertanian yang banyak mengandung air
atau daerah rawa-rawa yang biasanya terdapat di dataran rendah. Sedangkan untuk
lahan yang mengandung sedikit air, yang biasanya menjadi ciri lahan pertanian
dataran tinggi, para petani menggunakan sapi.
Berdasarkan tinggi dan rendahnya, lahan
pertanian tanaman padi di jombang terbagi menjadi dua jenis, yaitu pertanian
padi sawah dan pertanian ladang. Pertanian padi sawah mendominasi lahan
pertanian yang terletak di dataran rendah. Sedangkan pertanian padi ladang
biasanya merupakan ciri khas pertanian di daerah dataran tinggi. Lahan
pertanian padi sawah terutama berada di daerah Kecamatan Ploso dan sekitarnya.
Pertanian tradisional tersebut
diterapkan oleh sebagian besar masyarakat petani Jombang, misalnya : Pola
pertanian tradisional merupakan warisan nenek moyang dan telah dilakukan para
petani Jombang selama puluhan bahkan ratusan tahun. Para petani tradisional
menggunakan metode dan peralatan sederhana untuk mengelola lahan pertanian
mereka. Salah satu metode sederhana yang dilakukan para petani untuk
menggemburkan tanah adalah dengan cara menghalau kerbau atau sapi mereka ke
tengah lahan yang ingin ditanami. Namun, sekarang cara seperti ini sudah jarang
dilakukan karena para petani telah menemukan bajak sebagai alat untuk
membajak tanah.
Peralatan tradisional yang digunakan
masyarakat petani Jombang dalam mengolah tanaman bukan hanya bajak. Masih
banyak jenis peralatan tradisional lain yang digunakan oleh para petani.
Peralatan tersebut antara lain cangkoy (cangkul), droem seumibu
(alat untuk menyiram tanaman), culek (cungkil), tukoy (alat untuk
menyaingi tanaman), dan empang duk (wadah bibit padi). Biasanya para petani membuat sendiri peralatan-peralatan tersebut, termasuk
bajak. Kadang pula para petani akan menyuruh tukang kayu untuk membuat
peralatan tersebut.
Sistem pertanian
tradisional masyarakat Jombang tidak hanya terlihat pada peralatan yang
digunakan, namun juga pada pengelolaan lahan. Pengelolaan lahan pertanian tradisional
masyarakat Jombang dilakukan dengan gotong-royong. Gotong-royong tersebut
meliputi sebagian tahapan dalam pengelolaan lahan pertanian, misalnya waktu
menanam bibit padi. Penanaman bibit padi dilakukan secara gotong-royong karena
padi harus segera ditanam dan penanaman tersebut dilakukan secara serentak,
sehingga membutuhkan banyak orang. Sebagian masyarakat Jombang menggunakan
sistem upah untuk penanaman padi tersebut, sedangkan sebagian yang lain murni
tolong-menolong. Sistem gotong-royong dalam pertanian tradisional tersebut
dikecualikan pada membajak lahan. Setiap petani mengerjakan sendiri lahan mereka,
kecuali dalam kasus-kasus tertentu, misalnya pekerjaan tersebut telah
terbengkalai atau seorang petani tidak sanggup menyelesaikan pekerjaannya.
Dalam keadaan demikian, petani tersebut akan dibantu oleh petani yang lain
dalam membajak sawahnya.
Sistem pertanian tradisional yang
menggunakan konsep gotong-royong dalam penggarapan lahan tersebut digambarkan
oleh Emile Durkheim sebagai ciri masyarakat tradisional. Dalam pandangan
Durkheim masyarakat tradisional biasanya tinggal di daerah pedesaan dengan
pembagian kerja yang relatif masih rendah. Solidaritas yang terbangun dalam
masyarakat ini adalah sistem solidaritas mekanis. Solidaritas tersebut muncul
berdasarkan atas kesamaan profesi mereka,
Perkembangan
teknologi dan peralatan pertanian yang semakin modern saat ini tak ayal mulai
menggeser peran peralatan tradisional, termasuk juga bajak. Modernitas menuntut masyarakat untuk serba cepat dan efisien. Hal tersebut
juga dialami para petani. Kebutuhan para petani untuk meningkatkan hasil
pertanian dengan waktu sependek mungkin menyebabkan para petani beralih
menggunakan peralatan modern. bajak, misalnya, mulai ditinggalkan para
petani, masyarakat menggunakan peralatan yang lebih modern yaitu traktor.
Melihat hal tersebut bukan tidak mungkin suatu ketika bajak akan sama
sekali ditinggalkan oleh para petani.