Selasa, 03 Januari 2012

Peralatan Membajak Zaman Tradisional

Ulasan:
Membajak merupakan pekerjaan utama dari rangkaian pengolahan lahan pertanian sebelum ditanami. Orang yang melakukan pekerjaan membajak disebut ureung me’ue. Tenaga yang digunakan untuk menarik berbeda antara lahan yang mengandung banyak air dan lahan yang kering. Para petani menggunakan kerbau untuk lahan pertanian yang banyak mengandung air atau daerah rawa-rawa yang biasanya terdapat di dataran rendah. Sedangkan untuk lahan yang mengandung sedikit air, yang biasanya menjadi ciri lahan pertanian dataran tinggi, para petani menggunakan sapi.
Berdasarkan tinggi dan rendahnya, lahan pertanian tanaman padi di jombang terbagi menjadi dua jenis, yaitu pertanian padi sawah dan pertanian ladang. Pertanian padi sawah mendominasi lahan pertanian yang terletak di dataran rendah. Sedangkan pertanian padi ladang biasanya merupakan ciri khas pertanian di daerah dataran tinggi. Lahan pertanian padi sawah terutama berada di daerah Kecamatan Ploso dan sekitarnya.
Pertanian tradisional tersebut diterapkan oleh sebagian besar masyarakat petani Jombang, misalnya : Pola pertanian tradisional merupakan warisan nenek moyang dan telah dilakukan para petani Jombang selama puluhan bahkan ratusan tahun. Para petani tradisional menggunakan metode dan peralatan sederhana untuk mengelola lahan pertanian mereka. Salah satu metode sederhana yang dilakukan para petani untuk menggemburkan tanah adalah dengan cara menghalau kerbau atau sapi mereka ke tengah lahan yang ingin ditanami. Namun, sekarang cara seperti ini sudah jarang dilakukan karena para petani telah menemukan bajak sebagai alat untuk membajak tanah.
Peralatan tradisional yang digunakan masyarakat petani Jombang dalam mengolah tanaman bukan hanya bajak. Masih banyak jenis peralatan tradisional lain yang digunakan  oleh para petani. Peralatan tersebut antara lain cangkoy (cangkul), droem seumibu (alat untuk menyiram tanaman), culek (cungkil), tukoy (alat untuk menyaingi tanaman), dan empang duk (wadah bibit padi). Biasanya para petani membuat sendiri peralatan-peralatan tersebut, termasuk bajak. Kadang pula para petani akan menyuruh tukang kayu untuk membuat peralatan tersebut.
Sistem pertanian tradisional masyarakat Jombang tidak hanya terlihat pada peralatan yang digunakan, namun juga pada pengelolaan lahan. Pengelolaan lahan pertanian tradisional masyarakat Jombang dilakukan dengan gotong-royong. Gotong-royong tersebut meliputi sebagian tahapan dalam pengelolaan lahan pertanian, misalnya waktu menanam bibit padi. Penanaman bibit padi dilakukan secara gotong-royong karena padi harus segera ditanam dan penanaman tersebut dilakukan secara serentak, sehingga membutuhkan banyak orang. Sebagian masyarakat Jombang menggunakan sistem upah untuk penanaman padi tersebut, sedangkan sebagian yang lain murni tolong-menolong. Sistem gotong-royong dalam pertanian tradisional tersebut dikecualikan pada membajak lahan. Setiap petani mengerjakan sendiri lahan mereka, kecuali dalam kasus-kasus tertentu, misalnya pekerjaan tersebut telah terbengkalai atau seorang petani tidak sanggup menyelesaikan pekerjaannya. Dalam keadaan demikian, petani tersebut akan dibantu oleh petani yang lain dalam membajak sawahnya.
Sistem pertanian tradisional yang menggunakan konsep gotong-royong dalam penggarapan lahan tersebut digambarkan oleh Emile Durkheim sebagai ciri masyarakat tradisional. Dalam pandangan Durkheim masyarakat tradisional biasanya tinggal di daerah pedesaan dengan pembagian kerja yang relatif masih rendah. Solidaritas yang terbangun dalam masyarakat ini adalah sistem solidaritas mekanis. Solidaritas tersebut muncul berdasarkan atas kesamaan profesi mereka,
Perkembangan teknologi dan peralatan pertanian yang semakin modern saat ini tak ayal mulai menggeser peran peralatan tradisional, termasuk juga bajak. Modernitas menuntut masyarakat untuk serba cepat dan efisien. Hal tersebut juga dialami para petani. Kebutuhan para petani untuk meningkatkan hasil pertanian dengan waktu sependek mungkin menyebabkan para petani beralih menggunakan peralatan modern. bajak, misalnya, mulai ditinggalkan para petani, masyarakat menggunakan peralatan yang lebih modern yaitu traktor. Melihat hal tersebut bukan tidak mungkin suatu ketika bajak akan sama sekali ditinggalkan oleh para petani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan lupa komentar zaw